Monday, September 25, 2006

Abu Sufyan bin Harits

Abu Sufyan bin Harits adalah sepupu Rasulullah SAW, beliau dilahirkan nyaris bersamaan dengan Rasulullah SAW, ayah Abu Sufyan (bukan Abu Sufyan bin Harb ayah Muawiyah) adalah saudara kandung Abdullah, ayah Rasulullah. Demikian pertalian persaudaraan begitu juga pertalian kasih sayang diantara mereka, Abu Sufyan dan Rasulullah adalah teman bermain semasa kecil dan salah satu yang terdekat dengan Rasulullah, kemudian hubungan mereka menjadi lebih dekat lagi karena mereka disusukan oleh Halimatu Sa’diyah secara bersamaan. Melihat kedekatan inilah orang-orang beranggapan Abu Sufyan lah yang pertama-tama menyambut seruan untuk beriman kepada ALLAH dan Rasulullah, tetapi hidayah memang berada di tangan ALLAH semata, yang terjadi adalah sebaliknya. Ketika Rasulullah menyebarkan ajaran Islam secara terang-terangan, muncul api kebencian di dada Abu Sufyan, semua persahabatan dan kasih sayang berubah menjadi kebencian.

Abu Sufyan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menunggang kuda dan membuat syair-syair yang indah, dengan kedua keistimewaannya ini Abu Sufyan berdiri memusuhi Rasulullah SAW. Abu Sufyan mengeluarkan syair-syair yang menyindir dengan bahasa yang kotor untuk menyakiti perasaan Rasulullah selama kurang lebih 20 tahun lamanya.

Tatkala tonggak-tonggak Islam telah kuat dan terjadi peristiwa Fathu Mekah (Pembukaan kota Mekah), Abu Sufyan mengatakan kepada keluarganya,“Bersiaplah kalian untuk mengungsi. Sebentar lagi tentara Muhammad akan tiba. Mereka pasti akan membuunuhku“. Namun keluarganya yang terlebih dahulu telah menyentuh ajaran islam menjawab,“Apakah belum tiba saatnya, bagi kamu untuk menyaksikan orang Arab dan Non-Arab tunduk kepada Muhammad, sedang kamu senantiasa memusuhinya?, seharusnya kamulah yang pertama kali berdiri memperkuat barisan Muhammad“.

ALLAH melapangkan dada Abu Sufyan untuk menerima Islam menjadi Agamanya, kemudian bersama putranya Ja’far, beliau berangkat untuk menemui Rasulullah SAW. Beliau pergi dengan menyamar, karena khawatir apabila bertemu dengan kaum Muslimin, bukan tidak mungkin beliau akan dibunuh. Setelah berdiri di hadapan Rasulullah, maka dibukalah penyamarannya. Namun Rasulullah menghindar dan memalingkan kepalanya dari Abu Sufyan, Abu Sufyan mendatangi lagi dari arah lain, tapi Rasulullah kembali menghindar, hal ini terjadi selang beberapa kali, kemudian dengan penuh kasih sayang Rasulullah mengatakan,“Tiada dendam dan tiada penyesalan bagimu, wahai Abu Sufyan“. Demikianlah akhirnya Abu Sufyan memeluk Agama Islam yang Hak.

Sebenarnya cahaya Islam telah muncul di hati Abu Sufyan tatkala perang Badar, kala itu pasukan Kafir berjumlah 900 hingga 1000 orang, sedangkan di pihak kaum Muslimin hanya berjumlah 300 orang. Tatkala itu Abu Sufyan melihat kaum yang sangat luar biasa kuat dengan menggunakan pakaian serba putih dan kuda-kuda hitam belang dan putih, menyerbu dari antara langit dan bumi. Itulah pasukan Malaikat yang dikirim ALLAH untuk membantu kaum Mukminin dalam medan Badar.

Mulai dari detik-detik keislaman itulah Abu Sufyan bertekad untuk membela Islam dan mengejar ketinggalannya dengan beribadah dan berjihad. Beliau senantiasa menimba ilmu Islam sedalam-dalamnya, berusaha keras berubah untuk menjadi mukmin yang kaffah. Titik Puncak dalam kehidupannya adalah tatkala Perang Hunain, pada awal-awal peperangan ini Ummat mengalami kekalahan , ketika itu beliau memegang erat tali kekang kuda Rasulullah, melihat keadaan seperti ini, yakinlah Abu Sufyan, bahwa inilah saat-saat yang dia nanti-nantikan, ketika sebagian kaum Muslimin berlari dari medan yang ganas ini, dia memegang erat tali kekang kuda Rasulullah dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menebas kaum Kafir. Peperangan berlangsung dengan sangat luar biasa, hingga selang beberapa waktu berkumpul kembali para sahabat di sekitar Rasulullah. Dengan kesabaran dan kegigihan pasukan Muslimin berhasil memenangkan peperangan yang menggetarkan ini. Tatkala suasana agak tenang, Rasulullah melihat ke sekitarnya, dilihatlah seorang pria yang senantiasa sejak peperangan berlangsung dengan teguh memegang tali kekang kuda Beliau, dia tetap berdiri di tempatnya dan tidak pernah meninggalkannya. Kagetlah beliau ketika yang dilihat adalah saudara sepupu belaiu, Abu Sufyan bin Harits, Rasulullah mengatakan,“Siapakah ini??, oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits!!, Aku telah meridhoimu dan ALLAH telah mengampuni dosa-dosamu“. Demikian berbunga-bungalah hati beliau setelah mendengarnya.

Setelah peperangan Hunain, Abu Sufyan benar-benar merasakan nikmat Iman dan keridhoan ALLAH SWT. Maka beliau menghabiskan waktu untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada ALLAH.

Suatu hari Rasulullah melihatnya di dalam Masjid, bertanyalah Rasulullah kepada Aisha,“Wahai Aishah, tahukah engkau siapa orang itu?“, „Tidak Rasulullah“, jawabnya.
„Dia anak pamanku, Abu Sufyan bin Harits. Perhatikanlah! Dialah yang pertama kali masuk Masjid dan yang terakhir keluar. Pandangannya tidak pernah beranjak dari tempat Sujud. Dialah ketua Pemuda di Surga“.

Demikianlah kisah Abu Sufyan bin Harits, ketua Pemuda di Surga. Lihatlah apa yang terjadi tatkala hidayah dan cinta ALLAH telah menyentuh kalbu seorang insan, maka mukjizatlah yang terjadi. Seorang yang memusuhi dengan sangat, kini menjadi pecinta yang penuh keberanian dalam membela yang dicintainya, bahkan jiwa dan raga tidak dipedulikan, itulah cinta yang murni dan yang Hak, Cinta karena ALLAH dan Cinta kepada Rasul-NYA...

25.09.06,
RLN

No comments: