Thursday, September 21, 2006

Abdullah bin Ummi Maktum

Sejarah Islam pernah mencatat dengan tinta emas seorang sahabat Rasulullah, yang matanya ditakdirkan buta oleh ALLAH semenjak kecil, tetapi sebagai gantinya ALLAH memberika mata hati yang senantiasa terbuka terhadap cahaya kebenaran. Beliau, Abdullah bin Ummi Maktum memeluk islam sejak usia muda belia, sehingga hatinya sungguh dipenuhi ajaran islam dan rasa cinta yang sangat mendalam kepada kekasih ALLAH Rasulullah Muhammad SAW.

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
„Sesungguhnya jibril datang kepada Rasulullah SAW, yang ketika itu ibnu Ummi Maktum sedang bersama beliau. Dia lalu bertanya,“Sejak kapankah pandanganmu buta?“, jawabnya,“Sejak saya kecil“. Kemudian dia membaca ayat:“Firman ALLAH SWT: „Jika saya mengambil suatu kemuliaan seorang hamba niscaya saya tidak akan memberi pengganti selain pahala syurga..“.

Demikianlah keistimewaan yang berikan kepada orang-orang buta di atas manusia lainnya, bahwa ALLAH akan membalas dengan pahala syurga.

Ibnu Ummi Maktum memiliki indera yang sangat peka untuk mengetahui waktu. Setiap menjelang fajar tiba, dengan perasaan segar dia keluar rumahnya dengan bertopang pada tongkat atau bersandar pada lengan salah seorang sahabat untuk mengumandangkan adzan di mesjid Rasulullah. Biasanya beliau bergantian dengan Bilal untuk mengumandangkan adzan, apabila Bilal mengumandangkan ketika malam, maka Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan tatkala subuh. Sehingga, karenanya Rasulullah bersabda,“Makan dan Minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan..“

ALLAH pernah memberi keistimewaan kepada Ummi Ibnu Maktum dengan turunnya surat ’Abasa (Yang bermuka Masam). Kisahnya adalah ketika itu Rasulullah sedang duduk berdiskusi dengan kaum pemimpin suku Quraisy, Rasulullah mengajak para Pemimpin tersebuat untuk memeluk agama Islam, mengajak kepada agama yang Hak dan diridhoi ALLAH. Tiba-tiba di saat yang serius tersebut datanglah Ummi Ibnu Maktum ingin menanyakan sesuatu kepada beliau dan karena sedang sibuk Rasulullah mengelak dan mencoba mengalihkan perhatian penuh ke forum pemimpin Quraisy. Lalu, ALLAH menurunkan ayat yang berbunyi,“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya-yakni Ibnu Ummi Maktum. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup-yakni Ukbah dan Pemimpin Quraisy- maka kamu melayaninya. Dan adapun orang yang datang bersegera (untuk mendapat pengajaran), sedang ia takut kepada ALLAH maka kamu mengabaikannya-yakni Ibnu Ummi Maktum..“
Demikian kedudukan Ibnu Ummi Maktum, begitulah istimewa Islam, bukanlah memandang kekayaan atau derajat kebangsawanan seseorang, tetapi ketakwaan di mata ALLAH SWT yang diperhitungkan.

Suatu saat Ibnu Ummi Maktum merasa sedih dan pilu hatinya tatkala turun wahyu kepada Rasulullah yang berbunyi, „Tidaklah sama antara orang mukmin yang duduk (yang tidak turut berperang)“.
Ibnu Ummi Maktum berkata,“Ya Tuhanku, Engkau memberiku ujian yang begini, bagaimana saya dapat berbuat...“ Kemudian turun ayat yang berbunyi,“Selain yang mempunyai udzur..“.

Namun demikian, Ibnu Ummi Maktum menyimpan hasrat yang sangat kuat untuk berjihad di jalan ALLAH SWT. Beliau menyampaikan keinginan tersebuat kepada Rasulullah hingga berkali-kali, tetapi Rasulullah tidak mengijinkan karena udzur yang dimilikinya dan sebagai gantinya beliau menjadi pengganti Rasulullah menjaga keamanan kota Madinah tatkala Rasulullah dan Sahabat berperang di medan Jihad.

Tetapi ternyata keinginan untuk berperang di barisan mujahidin terus menggebu-gebu, sehingga beliau mengatakan kepada Sahabat dan Rasulullah,“ Serahkan panji kepadaku, karena sesungguhnya saya adalah seorang buta sehingga tidak akan melarikan diri, tempatkan saya di garis depan antara dua pasukan!“.

Maka tatkala dengung perang Qadisiyah berbunyi, berdirilah seorang sahabat yang buta matanya di barisan kaum Muslimin, di tangan beliau terlihat bendera panji peperangan berwarna hitam. Dia adalah seorang buta pertama yang turut berperang dalam sejarah peperangan Islam.

Begitulah saudara-saudariku, sejarah telah tertunduk di hadapan seorang yang bermata buta, sejarah telah tertunduk di hadapan keimanan yang kokoh laksana batu karang, sejarah telah melihat dan tertengun di hadapan seorang pria yang mengatakan Tidak ada Tuhan selain ALLAH dan Muhammad Rasulullah, dan di medan Qadisiyah dia membuktikan kesejatian cinta kepada ALLAH dan Rasulnya.

Pertanyaan kini aduhai saudara saudariku, dengan seperti apa suatu hari sejarah mencatat nama kita??

09.09.2006,

RLN

No comments: