Thursday, September 21, 2006

mencintai.itu.keputusan

Lelaki tua menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat-lekat.
Nanar.Gadis itu masih terlalu belia. Baru saja mekar.
Ini bukan persekutuan yang mudah.
Tapi ia sudah memutuskan untuk mencintainya.
Sebentar. kemudian ia pun berkata, "Kamu kaget
melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya
kebaikan yang kamu temui di sini".
Itulah kalimat pertama Utsman bin Affan ketika
menyambut istri terakhirnya dari Syam, Naila.
Selanjutnya adalah bukti.

Sebab cinta adalah kata lain dari memberi.
sebab memberi adalah pekerjaan.
sebab pekerjaan cinta dalam siklus
memperhatikan,
menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat.
sebab pekerjaan berat itu harus ditunaikan dalam
waktu lama.
sebab pekerjaan berat dalam waktu lama begitu
hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang
memiliki kepribadian kuat dan tangguh.
maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat ia
mengatakan, "Aku mencintaimu".
Kepada siapa pun! Sebab itu adalah keputusan
besar. Ada taruhan kepribadian di situ.

Aku mencintaimu, adalah ungkapan lain dari Aku
ingin memberimu sesuatu.
Yang terakhir ini juga adalah ungkapan lain
dari, "Aku akan memperhatikan dirimu dan semua
situasimu untuk mengetahui apa yang kamu
butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan
bahagia..."
"aku akan bekerja keras untuk memfasilitasi dirimu
agar bisa tumbuh semaksimal mungkin..."
"aku akan merawat dengan segenap kasih
sayangku proses pertumbuhan dirimu melalui
kebajikan harian yang akan kulakukan padamu ..."
"aku juga akan melindungi dirimu dari segala
sesuatu yang dapat merusak dirimu...."

Dan proses pertumbuhan itu taruhannya adalah
kepercayaan orang yang kita cintai terhadap
integritas kepribadian kita.
Sekali kamu mengatakan kepada seseorang, "Aku
mencintaimu",
kamu harus membuktikan ucapan itu.
Itu deklarasi jiwa bukan saja tentang rasa suka dan
ketertarikan,
Tapi terutama tentang kesiapan dan kemampuan
memberi,
kesiapan dan kemampuan berkorban,
kesiapan dan kemampuan pekerjaan-pekerjaan
cinta: memperhatikan, menumbuhkan, merawat
dan melindungi.
Sekali deklarasi cinta tidak terbukti, kepercayaan
hilang lenyap.
Tidak ada cinta tanpa kepercayaan.
Begitulah bersama waktu suami atau istri
kehilangan kepercayaan kepada pasangannya.
Atau anak kehilangan kepercayaan kepada orang
tuanya.
Atau sahabat kehilangan kepercayaan kepada
kawannya.
Atau rakyat kehilangan kepercayaan kepada
pemimpinnya.
Semua dalam satu situasi: cinta yang tidak
terbukti.
Ini yang menjelaskan mengapa cinta yang terasa
begitu panas membara di
awal hubungan lantas jadi redup dan padam pada
tahun kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Dan tiba-tiba saja perkawinan bubar, persahabatan
berakhir, keluarga berantakan, atau pemimpin jatuh
karena tidak dipercaya rakyatnya.

Jalan hidup kita biasanya tidak linear. Tidak juga
seterusnya pendakian. Atau penurunan.
Karena itu, konteks di mana pekerjaan-pekerjaan
cinta dilakukan tidak selalu kondusif secara
emosional.
Tapi di situlah tantangannya: membuktikan
ketulusan di tengah situasi-situasi yang sulit. Di
situ konsistensi teruji.

Di situ juga integritas terbukti.
Sebab mereka yang bisa mengejawantahkan cinta
di tengah situasi yang sulit, jauh lebih bisa
membuktikannya dalam waktu yang longgar.
Mereka yang dicintai dengan cara begitu, biasanya
mengatakan bahwa hati dan jiwanya penuh seluruh.
Bahagia sebahagia-bahagianya.
Puas sepuas-puasnya.
Sampai tak ada tempat bagi yang lain.
Bahkan setelah sang pencinta mati.
Begitulah Naila.
Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya dengan
cinta.
Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi
setelah suaminya terbunuh.
Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak
semua pelamarnya.
Tak ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua
itu.

anis matta

No comments: