Thursday, September 21, 2006

Saudagar Termulia

Kaum Muslim sedang didera derita. Kekeringan panjang melanda. Banyak lahan pertanian tak menghasilkan apa-apa. Khalifah Abu Bakar, orang paling bertakwa dari umat Muhammad SAW, saat itu sedang berkuasa. Namun, ujian Allah SWT bisa datang kapan saja. ''Dan sesungguhnya Kami akan beri kamu ujian dengan sebagian dari ketakutan dan kelaparan dan kekurangan harta dan jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada mereka yang sabar.'' (QS Al-Baqarah: 155).
Dalam situasi seperti itu, tak sedikit pedagang mencoba meraih laba berlipat ganda. Namun, ada saja saudagar berhati mulia. Padahal, peluang menumpuk harta telah di depan mata.

Dialah Utsman bin Affan yang digelari sang pemilik dua cahaya karena menikahi dua putri Rasulullah SAW dalam kesempatan berbeda. Saat itu, kapal-kapal niaganya yang mengangkut komoditas pangan semacam jagung, minyak (mentega), dan kismis baru tiba.
Jumlahnya hanya bisa diangkut seribu unta. Para pedagang dan broker pencari rente menawarkan harga berlipat ganda. Bahkan, ada yang menawar hingga sepuluh kali lipat harga biasa. Tapi, Utsman menolaknya dengan cara halus.
''Adakah yang berani membeli lebih dari 700 kali lipatnya?'' Semua pedagang terpana. Mereka membayangkan, jika harga setinggi itu dengan manipulasi pasar selicik apa pun, takkan pernah meraih laba.

''Bila demikian, semua ini kujual kepada Allah,'' sambung Utsman seraya membagi-bagikan dagangannya kepada kaum miskin begitu saja. Angka 700 kali lipat merujuk pada Alquran QS Al-Baqarah ayat 261, sebagai ganjaran berinfak di jalan-Nya.
Sumbangan Utsman jelas luar biasa. Bila volume satu truk kontainer setara dengan muatan 25 unta, maka ada 40 kontainer sedekahnya. Pernahkah kita melihat konvoi kontainer sebanyak itu milik seorang pedagang saja? Lalu, pernahkah kita mengetahui ada barang impor diinfakkan semudah membalik telapak tangan. Padahal, harga sedang melambung dan suplai di pasar nyaris tidak ada?

Utsman benar, sebagai saudagar dia tidak perlu silau dengan laba di dunia. Sebab, sebesar apa pun untungnya, harta itu takkan dibawa serta kala nyawa meninggalkan raga. Justru, simpanan sejati adalah harta yang dizakatkan, diinfakkan, disedekahkan, diwakafkan, dan dipinjamkan di jalan Allah SWT. Jauh sebelumnya, Utsman telah didoakan Rasulullah SAW agar semua dosa diampuni-Nya. Utsman pun dijamin masuk surga. Itu karena dia membiayai puluhan ribu serdadu perang Tabuk yang melawan Romawi, baik pangan, minuman, kendaraan, maupun senjatanya.

Kini, jangankan meniru Utsman, mencari pedagang yang tidak mempermainkan produsen dan konsumen lemah serta merekayasa harga saja, sangat sulit dicari. Padahal, semua perniagaan dan kekuasaan selalu diaudit-Nya dan pasti diadili-Nya.

Anis Matta

No comments: