Thursday, September 21, 2006

17 Agustus 1945

17 Agustus 1945
Langit Batavia Raya hening
Semua mata tertumpu pada dua laki-laki
Seorang berpidato dengan berapi-api
Seorang berdiri penuh kharisma

Langit batavia Raya mendadak terbelah
Setelah laki-laki gagah itu selesai menyampaikan Orasi-nya
Berkumandang teriakan laksana petir
MERDEKA!!
MERDEKA!!
Kita telah merdeka!!
Bangsa sendiri!!
Tanah air sendiri!!

Kini setelah 350 Tahun ketakutan akan para Menir
Kini setelah 3,5 Tahun menderita dibawah Samurai „saudara Tua“

Terbayar sudah darah Para Syuhada yang terbaring
Terseka sudah tangisan derita Ayah Bunda

17 Agustus 1945
Dari kita oleh kita untuk kita
ALLAHU AKBAR!!
Berdiri dengan identitas Bangsa sendiri
Menjadi Tuan-Tuan sendiri di bumi Republik Indonesia

Bangsaku, Tanah airku, Tanah Tumpah darahku
Merdeka!! Merdeka!!
Demikian terdengar di seantero nusantara

Kini 61 Tahun telah berlalu

Telah 61 Tahun Merdeka
61 Tahun berdiri sebagai bangsa yang berdaulat

Masih di Tanah air Tercinta kita berdiri
Di atas Bumi dimana SYUHADA terbaring
Mereka yang rela mengorbankan Jiwa-jiwa suci mereka
Agar anak dan cucu nya tidak menderita
Tidak menjadi Budak di tanah air nya sendiri



Tetapi apa wajah Bangsa yang terlihat setelah 61 tahun?
Ini masih langit yang sama
Ini masih tanah yang sama
Dimana Pendahulu kita berjuang
Untuk kebebasan dan untuk Agama

Bertebaran Pemuda Pemudi dengan pakaian up to date from USA
Motor-motor Cina
Sepatu-sepatu made in Italy
Serta Mobil berkelas Inggris di pelataran Parkir wakil rakyat

Sudah sejak 17 Agustus 1945 Merdeka
Tetapi masih Mobil Oil di Barat Indonesia
Freeport di Timur Indonesia
TOTAL di Kalimantan

Petinggi Pertamina membeli celana baru
Karena sudah sempit di ukuran perut
Petinggi Partai Politik hilang malu
Kasih seribu Janji di hadapan rakyat miskin

Bapak-bapak kabinet berganti-ganti
Tetapi satu yang tidak hilang
Korupsi masih membahana, menganga lebar
Maling teriak maling semakin nge-trend

Pekikan MERDEKA yang dahulu membahana
Kini berganti dengan teriakan ade peminta-minta
M a k a n..
M a k a n..

Aduhai Penguasa..
Buka pintu hati nurani..
Aduhai Pengusaha..
Ingat zakat dunia..
Aduhai Tetangga..
Lihat Tetangga kalian yang tidur dengan perut lapar..
Aduhai..Aduhai..

Tetapi Menangis tidak akan mengubah Nasib
Menyalahkan tidak akan menyelesaikan kemelut

Kini beri Tangan
Kita buat Janji
ALLAH tidak akan mengubah Nasib suatu Kaum
Sampai Kaum tersebut mau mengubahnya
Sudah cukup tanda-tanda ALLAH mewarnai bumi Khatulistiwa
Pegang erat tangan ini
Kita hempaskan Cahaya untuk Indonesia Baru
ALLAHU AKBAR!!

20 Agustus 2006,
RLN

No comments: