Thursday, September 21, 2006

Episode Cinta teruntuk Kakenda Tercinta

Ini adalah sebuah penyesalan yang sangat, ditulis untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa kesempatan hanya datang satu kali, dan nyatakan lah cinta kepada yang engkau cintai, tatkala dia masih bisa mendengarnya, karena cinta bukanlah cinta hingga disampaikan..

Memory-ku kembali ke saat ketika ber-sekolah di SMUN 1, masa yang sangat membahagiakan, teman-teman baru, mencoba hal-hal baru, jatuh cinta, kecewa, bandel2an, hehe..semua sungguh luar biasa. Tetapi ada satu peristiwa di masa itu yang sampai saat ini tidak bisa aku lupakan, bisa dikatakan sebuah penyesalan yang sangat dalam karena sebuah tindakan yang salah.

"Bang, Opung Haji (*panggilan untuk kakek laki-laki ku) nelfon, opung minta abang untuk datang ke jakarta, katanya opung punya hadiah untuk ulang tahun abang, opung rindu sama abang", kata mama dari ruang tamu.
"Yaaa..mama, kan aku hari ini ada janji dengan teman-teman mau buat tugas", begitu jawabku ketika mama meminta aku untuk pergi ke jakarta. *Sebenarnya tugas ini pun bisa dikerjakan oleh mereka, tetapi kan asyik sambil kongkow2 sama teman-teman baru, hihi, begitu pikirku.

"Bang, bisa gak hari ini abang ke jakarta, Opung nelfon lagi, ini kan akhir minggu, abang wilzar juga diundang, katanya acara ini khusus cucu laki-laki, opung mau kasih sesuatu itu buat ulang tahun abang", mama meminta lagi 2 hari setelahnya.
"Mom, nanti aja ya, hari ini kan ada acara sama teman-teman, aku mau lihat extrakulikuler di sekolah juga, ya ma y..", dengan sedikit manja aku meminta.
"Yah abang, kasihan dong Opung, kalau gak bisa abang nelfon opung aja dulu deh"begitu pinta mama.
Kemudian aku mencoba menelfon, tetapi dengan sedikit harapan supaya tidak ada yang mengangkat, hehe..*masih pikiran anak smu, ehh tetapi memang tidak ada yang mengangkat, akhirnya aku langsung pergi bertemu teman se-gank, kita bakal pergi ke Taman Anggrek Mall, sambil lihat wece2..*hehe, aku masih suka tertawa sendiri mengingat masa-masa itu.

Malam hari-nya, Opung menelfon,"roi kenapa tidak datang?", "adduuuhh Pung, maaf ya, aku soalnya ada tugas-tugas yang lumayan penting, jadi gak bisa ditinggal", begitu alasanku. Dan untuk sekian kali nya beliau cuma tertawa dan mengatakan,"iya tidak apa-apa, Opung punya hadiah buat roi, nanti opung titip sama papa ya". "Iya Pung, makasih ya sebelumnya". Demikian kira-kira percakapan kita malam itu. Opungku bernama, H. L Harahap, beliau tidak tinggi besar, hanya seseorang dengan perawakan badan biasa dan sikap hidup yang simple, tetapi beliau adalah seorang pejuang yang sangat luar biasa, anak desa "janji raja", yang pada akhirnya berhasil mengubah garis hidupnya menjadi inspektur kepolisian daerah Jawa Timur dan ketika pensiun pun diberikan penghargaan dari kepolisian untuk menjadi rektor Universitas Bhayangkara Surabaya setelah mendapatkan gelar doktor. Beliau tidak pernah marah, tidak pernah membentak, sangat halus dan lembut, dan yang sangat aku ingat adalah pengorbanan yang luar biasa terhadap anak-anak-nya dan cucu-cucu. sebagai anak kecil, aku adalah anak yang sangaaaat nakal, entah berbagai jenis kenakalan aku buat, tetapi Opung tercinta cuma tersenyum tanpa pernah membentak atau berkesan marah, begitu juga ketika aku begitu sering mengecewakan beliau.

Pagi hari yang indah, 2 atau 3 hari setelah nge"gaul" ke Taman Anggrek, teman-teman menginap di rumah aku, dan kita bersiap-siap berangkat ke sekolah, waaahh semangattt sekali!!, tiba-tiba, ketika aku sedang berbicara dengan teman-teman, kita dikagetkan dengan suara teriakan mama, langsung aku lari ke lantai bawah, mama sudah menangis sejadi-jadinya, "ada apa ma!!, mama baik2 kan???", mama tetap menangis sambil memegang telfon, setelah dimatikan baru mama berbicara sambil menangis,"Bang, Opung meninggal dunia..".*HAHHHHH!!!!, Ya ALLAH ya ALLAH dosa apa yang telah aku perbuat, begitu teriak hati kecilku, tetapi aku berusaha tidak menangis, aku segera meng-"komando" semua untuk bersiap-siap, teman-teman aku minta untuk pergi ke sekolah dan aku minta tolong diberikan ijin. Setelah sekitar 20 menit, kita segera berangkat ke rumah duka, selama perjalanan bogor-jakarta, hanya ada satu dalam pikiran aku, ya ALLAH, cucu macam apa aku ini, inna lillahi wa inna ilaihi rojiuun, penyesalan penyesalan..

Begitu sampai di rumah Opung, aku cuma diam, diam sejadi-jadi nya, ketika Opung sayang (nenek aku) mengatakan,"roi, kau kemana, tidak sempat opung-mu lihat kau sebelum dia meninggal, dia bilang ke opung sayang (nenek) kalau dia kangen roi banget". Iyahh...aku cuma diam, seakan aku sedang berada di dunia lain, aku melihat jenazahnya, aku cium keningnya, dan aku tetap cuma diam, habis semua kata-kata, bahkan tidak keluar tetesan air mata, aku terlalu kaget, terlalu menyesal..

Sebuah Episode cinta untuk kakenda tercinta, L. Harahap, mudah2an ALLAH SAW menerima Opung dengan baik disisi-NYA. Aku telah berjanji mulai saat itu, untuk menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk ber-silaturohim dengan semua keluarga aku ketika waktu-nya masih ada, sehingga tidak akan ada penyesalan untukku kelak..

Semoga menjadi pelajaran berharga untuk-ku.

Wassalammu'alaikum WR WB,

20.01.2006, RLN

*entah kenapa tiba-tiba ingatan ku kembali kepada beliau..

No comments: