Friday, March 13, 2009

Ustadz Lihan, refleksi Pengusaha Muslim

Mungkin beberapa diantara kita pernah mendengar namanya, pun secara pribadi saya belum mengenal beliau, hanya melalui sepak terjangnya dalam dunia bisnis, itupun melalui forum world wide web. Tulisan pertama yang saya baca adalah di blog seorang Pengusaha Indonesia Bapak Badroni Yuzirman, pemilik Manet busana muslim dan pendiri Komunitas TDA (Tangan di Atas). TDA sendiri adalah komunitas untuk jaringan para pengusaha muslim, kemungkinan nama tersebut diambil dari salah satu Hadist Rasulullah "Tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah", menjadi optimisme tersendiri bagi anggotanya untuk mendapatkan predikat Tangan Di Atas tersebut. Kembali ke profil Ustadz Lihan, dari berbagai sumber, saya mencoba menarik benang merah yang insyaAllah dapat kita ambil pelajaran sebagai refleksi menjadi seorang pengusaha muslim.

"Dari 10 pintu rizki, 9 diantaranya adalah milik pengusaha", ucapan ini pernah saya dengar, adapun sumbernya saya kurang yakin apakah teks Hadist Rasulullah ataupun ucapan seorang bijak. Tapi demikian kenyataan, bahwa peringkat-peringkat orang terkaya di dunia hampir selalu ditempati oleh para pengusaha. Rasulullah sendiri adalah seorang pengusaha muda yang sangat luar biasa sukses, begitu juga dengan para sahabat-sahabat dikenal sebagai pengusaha-pengusaha besar yang dermawan. Inilah kelebihan yang dimiliki pengusaha, sebagai Tangan Di Atas, dapat dicintai oleh Allah dan masyarakat sekitar apabila menggunakan harta sesuai dengan petunjuk Al Quran dan Hadist, menjadi harta yang senantiasa barokah dan mengalir senantiasa kebaikan.

Pengusaha muslim, sayangnya di negara kita masih bisa disebut sangatlah jarang apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk muslim yang ada, sekalipun ada, sangat jarang yang memiliki idealisme yang pure untuk kemashalatan ummat, sehingga terjadi ketimpangan besar, si kaya dan si miskin. Ada Pengusaha memiliki 40 mobil mewah, di simpang sana, tidur pengemis miskin dengan anak bayinya di emperan toko, ada anak pengusaha memiliki 10 Handphone, tidak jauh darinya, berdiri belasan anak dengan perut lapar dengan tangan menengadah meminta uang, dan iya, ini terjadi di sebuah negara kaya sumber daya alam dengan 90 persen penduduk Muslim. Tentu kita semua membaca di koran dan majalah, bagaimana seorang anak bunuh diri karena tidak dapat membayar uang sekolah, mungkin tidak 1 kilometer dari showroom Harley Davidson, dimana orang kaya sedang membelanjakan hartanya. Kejadian-kejadian memilukan inilah yang membuat kita sedih, menarik nafas panjang, tapi belum dapat melakukan apa-apa.
Ustad Lihan, begitu beliau biasa dipanggil, mengawali karirnya menjadi seorang guru bahasa inggris di solo pada tahun 1995-1998 dengan gaji 1500 rupiah sehari, jelas tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi kecintaan terhadap ilmu dan hendak mengajarkan, menjadikan beliau dengan ikhlas menjalani pekerjaan ini setiap harinya. Kemudian pada tahun 1998 barulah mulai sedikit terbuka rizki itu, seorang pengusaha di jakarta mengajak bisnis dengan pola bagi hasil, bisnis berlian. Karena kejujuran, keikhlasan dan keuletan, bisnispun berjalan dengan baik dan lancar, sama seperti sahabat Abdurahman bin Auf, Ustadz Lihan merasakan betapa besar anugrah dari Allah, ketika Allah membukakan pintu rizki dunia kepada seseorang, maka terkumpullah uang 500 juta. Dengan uang tersebut, beliau gunakan untuk modal usaha bersama, tapi akhirnya tertipu dan hilanglah uang tersebut. Sempat down, tapi kemudian beliau melanjutkan untuk terus berusaha, mengharap rizki kepada sang Khalik. Maka Rahmat Allah lah, demikian ustadz Lihan sekarang memiliki 13 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang dengan omset Miliaran. Bagi yang tertarik lebih lanjut mengenai biografi beliau dapat melihat di google, adapun saya ingin menitikberatkan kepada profilnya, yakni sebagai seorang pengusaha muslim.

Anda tentu tidak percaya apabila melihat sosok beliau, jiwanya dipenuhi kesederhanaan, menggunakan pakaian seadanya, bahkan tidak jarang apabila ada yang berkunjung ke rumahnya, akan mengira kalau dia adalah pembantu atau supir di rumah tersebut, tapi anda jangan kaget apabila pemuda ini menyumbangkan uang 3 Miliar dengan mudahnya untuk sebuah acara religi di Jakarta, pun beliau memperoleh penghargaan dari HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) sebagai seorang pengusaha yang ikut membangun daerahnya.
Kesederhanaan adalah cerminan Ilmu, cerminan Hamba, begitulah sahabat Abdurahman bin Auf yang dalam sehari-harinya tidak berbeda dengan pegawainya, berpakaian dan pola hidup, tetapi bantuannya kepada Ummat dan Jihad Islam, jangan ditanya lagi, dengan mudah dia menyumbangkan harta bermiliar-miliar untuk kemashalatan Ummat. Ini juga Utsman bin Affan, Pengusaha besar, keturunan bangsawan kaya raya, menyumbangkan harta disaat Ummat muslim membutuhkan, tanpa mempedulikan nilainya, tapi adakah harta itu surut?, sebaliknya, Rahmat Allah turun terus menerus kepada Pengusaha-pengusaha semacam ini, bisnisnya lancar dan justru kekayaannya bertambah dan bertambah.

Sedekah adalah salah satu jalan pintu membuka Rizki, inilah pemahaman para sahabat, sehingga harta yang disedekahkan, yang jumlahnya membuat geleng-geleng kepala, yang jumlahnya bahkan tidak sampai akal, berbalik menjadi barokah dan senantiasa bertambah. Ustadz Lihan pun demikian, dalam sebuah kesempatan dia menceritakan, dia membuat sebuah restoran, tetapi senantiasa merugi, tapi dibiarkan, yang terpenting pegawainya dapat memiliki pekerjaan, tidak lama kemudian justru bangunan atas restoran tersebut disewa untuk usaha lain, sehingga akhirnya terbuka pintu rizki yang baru, sungguh hitungan Allah tidak yang mengetahui.
Bagaimana beliau ingin membeli line Pesawat Merpati menuju Kalimantan, untuk membantu sehingga tidak ada pegawai yang dipecat, inilah visi pengusaha muslim seharusnya, mencari keridhoan Allah untuk kemashalatan Ummat.

Tragis melihat kepala rumah tangga yang tiba-tiba PHK, anak banyak, masih kecil umurnya dan masih bersekolah, membutuhkan banyak biaya, terus dimana pengusaha muslim kita?, belanja tas Louis Vuitton di Paris?, bercanda di Crowne Plaza sambil menyeruput kopi seharga 50000 rupiah?, atau berplesiran di Singapur?, ini Ustadz Lihan, menyumbangkan miliaran untuk menciptakan pekerjaan baru, sehingga tangisan bayi kelaparan dapat sejenak berhenti. Tentunya banyak Ustadz-ustadz atau pengusaha semisal Ustadz Lihan, tapi jumlahnya terlalu sedikit, dibandingkan banyaknya kaum yang kurang beruntung, sedangkan penguasa sudah mulai melupakan rakyatnya, tidak jarang, justru merekalah yang berdiri di garis depan menyabot hak rakyatnya, ketimpangan pun terjadi. Teringat pesan Rasulullah, seiring akhir jaman begitu banyak penguasa menjual rakyatnya, apabila terjadi bersabarlah, pesan Rasulullah,"Sabar kalian terhadap Penguasa Dzalim, lakukanlah kewajiban kalian dan mintalah hak kalian kepada Allah".

Kesederhanaan, Awareness terhadap lingkungan , keinginan berkorban untuk kemashalatan orang banyak, harusnya menjadi teladan dan cita-cita setiap pengusaha muslim. Sehingga Indonesia, negara berpenduduk 220 juta, menjadi bangsa besar disegani. Akhir kata, wahai pengusaha muslim, bangkitlah!!

13.03.2009 (RLN)

No comments: