Monday, November 06, 2006

Shuhaib bin Sinan

Shuhaib Bin Sinan
-Pedagang yang selalu Untung-

Adalah lumrah dalam dunia perdagangan, seorang terkadang memperoleh keuntungan dan sesekali pula memperoleh kerugian. Tetapi ada satu perdagangan, dimana kita hanya akan terus menerus memperoleh keuntungan, sebuah perdagangan yang sangat luar biasa bukan?, itulah perdagangan yang dicontohkan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Shuhaib Bin Sinan. Dan inilah kisah beliau.

Beliau dilahirkan dari keluarga yang penuh kesenangan dan kemewahan, Ayahnya menjadi Hakim dan Walikota yang diangkat oleh Kisra, Maharaja Persi. Istana Ayahnya terletak di pinggir sungai Efrat. Sungguh kehidupan yang penuh kemegahan.

Suatu hari negeri itu diserang oleh orang-orang Romawi, alhasil kalahlah negeri tersebut, banyak diantara rakyatnya yang ditawan dan diperjualbelikan, diantaranya adalah Shuhaib bin Sinan. Demikian pengembaraannya dimulai, dari satu saudagar ke saudagar lainnya, kemudian sampailah beliau di kota Mekah. Majikannya sangat menyukai Shubaib karena kecerdasan, kerajinan dan kejujurannya, hingga akhirnya Shuhaib dibebaskan dan dimerdekakan, bahkan diberi kesempatan berniaga dengan Majikan tersebut.

Pada saat itu, Rasulullah menyampaikan Islam masih secara sembunyi-sembunyi, Rasulullah mengajarkan Al-qur’an di rumah salah seorang sahabat bernama Arqam. Shuhaib adalah seorang yang cerdas, sehingga di dalam hatinya yang bersih dan penuh kejujuran selalu merindukan ketenangan dan kedamaian, demikian berjalanlah sahabat mulia ini ke rumah Arqam untuk bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan ajaran yang disampaikan beliau. Resiko yang dihadapi beliau dengan melangkahkan kaki ke pintu rumah Arqam sebenar-benarnya sungguh besar, apalagi Shuhaib hanyalah seorang perantau di kota Mekah. Musuh-musuh Allah senantiasa mencari orang-orang yang mendengarkan ajaran Rasulullah, apabila orang tersebut memiliki keluarga ataupun berkedudukan bangsawan gangguannya tidak terlalu berat, tetapi apabila orang-orang miskin atau yang tidak memiliki pendukung dan keluarga, maka cobaan yang mereka dapatkan luar biasa berat, bahkan disiksa tanpa pandang bulu. Tetapi anehnya, justru pendukung Rasulullah adalah sebagian besar dari golongan miskin lagi tidak berkedudukan bangsawan. Iman di dada sahabat-sahabat ini sungguh luar biasa, mereka tidak lagi mempedulikan sakitnya siksa tubuh dikarenakan telah merasakan manisnya cinta kepada Allah, kehidupan dunia menjadi sangat sangat kecil dibandingkan kelezatan kehidupan setelah mati. Shuhaib adalah salah seorang diantara mereka, rela menderita siksa fisik dibandingkan sehat tetapi tanpa merasakan ketenangan dan kebahagiaan cinta Allah dan Rasul-Nya.

Shuhaib adalah pejuang yang dipenuhi dengan keberanian, tidak ada satu pasukan bersenjata yang dikirimkan Rasulullah pada saat itu, kecuali ada beliau di dalamnya. Apabila ada yang dikhawatirkan kaum Muslimin ketika dalam berperang berada di depannya, maka beliau akan segera berlari ke garis depan pertempuran, pun apabila ada yang dikhawatirkan berada di belakang pasukan, maka tanpa menunggu, segera berlari menuju ke belakang pasukan, seakan-akan Shuhaib ingin melindungi pasukan Muslimin dan tidak rela jika Rasulullah SAW sampai masuk ke jangkauan para musuh Allah.

Pembuktian cinta beliau kepada Allah dan Rasulnya adalah tatkala hijrah menuju Madinah. Pada saat itu Rasulullah SAW melakukan hijrah ke kota madinah, dan kepada seluruh Ummat Muslimin di kota Mekah diminta untuk hijrah mengikuti beliau, sehingga di kota baru tersebut, Ummat bisa dibentuk dengan hukum Islam. Shuhaib yang mendengar berita tersebut, maka tanpa menunggu, beliau mempersiapkan diri untuk mengikuti kekasih Allah. Tatkala beliau hendak pergi, sayangnya telah ada beberapa orang kafir yang mengetahui akan rencana kepergian beliau, maka orang-orang kafir menyusun perangkap untuk menangkap Shuhaib. Dan benarlah, Shuhaib masuk salah satu perangkap orang-orang kafir. Shuhaib berusaha bersilat lidah untuk menghadapi tuduhan musuh-musuh Allah itu, kemudian pada akhirnya beliau berkata,“ Hai orang-orang kafir, kalian semua mengetahui bahwa aku adalah pemanah paling mahir. Demi Allah, kalian tidak akan pernah menangkap aku kecuali habis panah di kantong ini, kemudian setelahnya pun aku akan menggunakan pedang menebas kalian, nah majulah kalian kalau kalian berani!!. Tetapi apabila kalian inginkan, aku akan memberitahu dimana aku menyimpan harta bendaku, tapi biarkan aku pergi dari kota ini“. Memang Shuhaib telah menjadi seseorang yang banyak hartanya, karena kehebatannya dalam berdagang, maka orang-orang tersebut melepaskan beliau ketika Shuhaib mengatakan dimana persembunyian hartanya. Bahkan orang-orang Kafir itu tidak meminta sumpah atau jaminan untuk kebenaran ucapan Shuhaib, karena beliau memang dikenal sebagai orang yang jujur.

Tatkala Rasulullah SAW melihat kedatangan Shuhaib di Madinah, Rasulullah sangat gembira dan mengatakan,“ Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!“, „Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya!“. Sungguh pernyataan Rasulullah sangat luar biasa, Shuhaib baru saja melepaskan seluruh harta benda yang dikumpulkan dengan penuh kerja keras dan menghabiskan banyak umurnya, hanya untuk kerelaan menuju dekat kepada Kekasihnya.
Dan turunlah ketika itu ayat Al-qur’an,“Dan diantara manusia ada yang sedia menebus dirinya demi mengharapkan keridhoan Allah, dan Allah Maha penyantun terhadap hamba-hambanya.“(Q.S.Al-Baqoroh:207).

Saya teringat tausiyah Bpk Syamsudin kemarin, seorang yang cerdas adalah seorang yang menggadaikan jiwanya untuk Allah. Seorang yang rela melepas hartanya untuk keridhoan Robb-nya. Pun teringat Tausiyah Mas Aldi kemarin, dalam surat Al-Bayyinah ayat 8, „Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga adn yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Allah ridho terhadap mereka dan mereka ridho kepada-Nya. Itu adalah bagi yang takut kepada Tuhannya.”

Sungguh harga Surga sangat mahal, sudahkah kita melakukan perdagangan dengan Allah, kalau pun sudah, sebesar berapa rupiah atau berapa euro??
Shuhaib telah membuktikan kemurnian cintanya dengan pengorbanan nyata.
Apa kini bukti cinta kita??

06.11.2006,

RLN

No comments: